Senin, 27 Desember 2010

Tips: Latihan Bulutangkis Untuk Anak Usia Dini

Bulutangkis.com - Oleh: Agus Sudarmawan
Pada usia dini anak tidak perlu terlalu dibebani target yang muluk termasuk apakah harus sebagai pemain single atau double. Yang lebih penting adalah mengkondisikan agar si anak menyukai olah raga ini. Target utamanya dalah anak benar-benar menyukai olah raga ini.

Ketika si anak sudah benar-benar menyukai olah raga ini dan juga perkembangan psikologisnya sudah sanggup diberi beban target tertentu maka saat itulah kita baru bicara spesialisasi dan target. Bahkan menurut saya untuk anak usia 7 tahun ke bawah bentuk dan format pertandingannya harus dibedakan dengan anak usia diatas 9 tahun. Dilevel usia dibawah 7 tahun tidak perlu harus ada juaranya.

Setiap anak diberi kesempatan bermain 3 kali (misal) dengan lawan yang berbeda dan selanjutnya semua anak mendapat hadiah. Bisa diatur yang menang paling banyak hadiahnya sedikit lebih banyak. Kondisi ini jauh lebih menyenangkan dan bermanfaat bagi perkembangan anak, toh pada usia itu sama sekali belum bisa dijadikan ukuran prestasinya dimasa yang akan datang.

Mengikutkan anak lebih sering dalam pertandingan mempunyai sisi untung rugi dan ini sangat tergantung pada kondisi psikologi anak. Misal apakah kekalahan menjadikan sianak jatuh mental, ataukah justru memacu si anak untuk berlatih lebih keras?

Tentu yang paling tahu karakter anak ini adalah orang tuanya. Kalau kekalahan tidak menjadikan beban bagi sianak maka lebih sering bertanding akan membantu mematangkan dia, namun kalau ternyata si anak mudah jatuh mental maka sebenarnya ini hanya mempercepat proses sianak untuk berhenti bermain bulutangkis. Pada sisi mana kecenderungan anak kita?

Pemilihan spesialisai anak untuk single atau double menurut saya biarkan hal itu terjadi secara alami. Sebelum matang teknik, langkah kaki dan power maka agak sulit kita bisa melihat kecenderungan si anak. Ketika si anak sudah matang dalam hal teknik pukulan dan langkah kaki maka saat itulah barangkali kita baru akan lihat kecenderungan sianak apakah cenderung sebagai pemain single atau double.

Dilevel bulutangkis profesional ada faktor yang berhubungan dengan statistik. Maksud saya di spesialisasi mana yang persaiannya tidak terlalu ketat. Salah satu yang bisa saya sampaikan ada beberapa atlit yang pada awalnya disiapkan sebagai pemain single namun dalam perkembangannya ternyata anak justru sukses sebagai pemain double misal Ricky Ahmad Subagja. Ada lagi yang baru masuk pelatnas, Namanya Devi. Devi disiapkan sebagai pemain single, namun karena persaingan dan hal non teknis lainnya akhirnya spesialisasi dia sekarang adalah
double dan mix double.

Mungkin masih ada lainnya.

(Sumber: sports.groups.yahoo.com/group/badminton-indonesia)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar